JAKARTA – Sebuah catatan “Antara Doa, Mimpi dan Harapan” dari sosok Pendeta Pdt. Petrus E. Imoliana, STh yang ditujukan kepada salah satu camat ikut menarik perhatian kalangan media tentang Maluku. Pria asal Pulau Marsela itu menuliskan catatannya Ketika dalam sebuah perjalanan menuju suatu wilayah wilayah batas di Papua dengan ia menyoroti berbagai kesenjangan di daerahnya Maluku Barat Daya.
Kabar yang diperoleh awak media, ternyata ada pro dan kontra yang sangat serius di Pulau Marsela terkait mimpi besar pemerintah membangun jaringan air bersih disana. Satu pulau yang selama ini mengalami kekurangan air yang begitu luar biasa. Sayangnya, rencana pemerintah itu mendapat perbedaan pandangan. Ia menuliskan catatan itu sebagai penyeimbang rasa persaudaraan sebagai anak-anak adat yang ada di perantauan agar perlakuan yang adil itu harus dilakukan dalam rencana membangun pulaunya.
Berikut ini catatannya yang ditulis dalam sebuah perjalanan tour De Port Numbay 2022 Jayapura – Perbatasan PP diberikan kepada redaksi:
Kalwedo Pak Camat Yang Kami Hormati.
Dengan segala rasa hormat saya sampaikan kepada Pak Camat bahwa Pulau Marsela bukanlah tentang Freddy Mozes Ulemlem, Pulau Marsela bukanlah tentang Sekelompok Orang.
Pulau Marsela memiliki Karakteristik Budaya dan Kearifan Adat Istiadat yang mengedepankan Kehidupan Kekeluargaan secara Kolektif kolegial dalam tatanan budaya Leluhur yang telah tertanam secara turun-temurun.
Pulau Marsela bukan hanya Soal siapa-siapa tetapi terpenting adalah tentang apa.
Untuk itu sebagai Pemimpin Pemerintahan di tingkat bawah, saya sarankan bahkan mohon agar dalam menimbang, memandang dan memutuskan segala sesuatu, hendaknya mendengar dan menyerap suara dari berbagai pihak termasuk Anak-anak Marsela yang tersebar di seluruh Pelosok Tanah Air Indonesia bahkan di seluruh muka bumi ini, agar langkah-langkah Strategis dan kebijakan yang akan diambil oleh Pak Camat bisa Cepat, Tepat dan Terukur berdasarkan kebersamaan,terutama berdasarkan aturan perundang-undangan serta berbagai regulasi yang ada di Republik ini untuk saling menopang, dan bukan menurut pikiran Saudara Freddy Mozes Ulemlem dan orang lain yang memiliki keinginan dan kepentingan temporer, Sekedar untuk ketenaran dan Popularitas individu atau Kelompok.
Dapat kami pastikan, bahwa Proyek Air Baku di Marsela tidak akan pernah terwujud sebagaimana mimpi dan harapan kita bersama, bahkan Proyek itu akan membawa sebuah Kecelakaan Sejarah dan Malapetaka Hukum bagi siapapun yang telah terlibat, baik langsung maupun tidak langsung dalam Proyek ini
Mengapa Demikian?
Karena masing-masing Desa dan Petuanan di Marsela memiliki RUMAH TUA, OKA,WENYA sendiri-sendiri yang tidak boleh dikangkangi dan dilangkahi oleh siapapun dengan alasan, dalih dan kepentingan apapun.
Bicara Pulau Marsela itu harus secara komprehensif dan tidak boleh ada keberpihakan yang subjektif
Semua pihak harus dirangkul, dirangkum, diakomodir dan didengar suara hati maupun pendapat mereka, seburuk apa dan sesalah apapun pandangan dan pendapat mereka.
BERBEDA ITU BIASA TAPI BERSATU ITU LUAR BIASA
Segala sesuatu yang saya sampaikan bukanlah sebuah bentuk intervensi ataupun intimidasi dari saya atau siapapun, ini sekedar sebuah bentuk kepedulian untuk bebaikan dan kemajuan bersama menuju Indonesia yang tumbuh dan tangguh serta demi membangun Marsela agar MAKMUR DALAM KEADILAN DAN ADIL DALAM KEMAKMURAN.
BUNDA PERTIWI HARUS TERSENYUM BANGGA OLEH KARYA DAN KARSA KITA SELAMA HAYAT DIKANDUNG BADAN
Demikian Pak Camat, Doa dan Nyanyian Adat Negeri serta Pantun Leluhur Tanah Marsela senantiasa mengiringi Perjalanan dan Karya Pak Camat siang dan malam. (*)
Komentar