Oleh. Fren Lutrun *)
Tulisan ini cukup untuk membuka cara pandang kita yang positif bahwa perbedaan politik itu hal yang biasa, tetapi harapan terhadap perubahan harus menjadi tujuan bersama.
Debat Publik empat calon Kepala Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang Papua Pegunungan yang diselenggarakan Stasiun TVRI Papua pada hari ini 22 Oktober 2024 cukup menarik simpatik dari berbagai kalangan. Aktivis mahasiswa, pemerhati dan elit partai ikut melihat siapa diantara empat paslon ini yang kemudian bisa memimpin daerah batas Negara itu lima tahun kedepan.
Nola Kobe, Jurnalis TVRI Papua yang diberi kepercayaan KPU Pegunungan Bintang sebagai moderator saat itu menyampaikan ada tiga panelis masing-masing Dr. Abner H. Bajari, S.SOs, M.Si seorang akademisi dan ahli kebijakan public, Ruth Kambuaya, SH. MH, dosen Fakultas Hukum Universitas Cendrawasih, Lazarus Ramandei, S.Sos, yang juga dosen Unchen. Ketiga panelis ini dimintai untuk mempertajam visi misi keempat paslon dalam debat tersebut. Materi dan bahan pertanyaan bersifat rahasia dan akan dijawab setiap paslon.
Keempat paslon masing-masing, nomor urut 1 Denius T. Uopmabin, S.Hi dan Rumin Lepilaten, SH Nomor Urut 2 Spei Yan Bidana dan Arnold Nam, nomor 3 Contan Otemka dan Kris Uropmabin, dan keempat Tonce Nabyal, S.Ip dan Jeremias Tapyor, S.KM.
Pantauan dalam layar kaca TRVI papua saat itu memperlihatkan pertanyaan pertama yang dilontarkan panelis kepada keempat paslon terkait visi dan misi mereka, namun dari sesi itu ada dari beberapa paslon yang tidak konkrit dalam penyampaian visi misi mereka yang nampaknya lebih menjurus kepada penjelasan rencana besar kedepan. Padahal, seyogyanya, visi dan misi itu harus dijelaskan urutannya sampai kepada teknis misi apa yang menjadi dorongan terjawabnya visi besar itu. Dari sini dapat kita memberi gambaran bahwa ada yang keluar jauh dari cara pandang mereka tentang apa itu visi dan misi membangun daerah.
Baiklah, terlepas dari sesi pertama itu, ada kondisi semacam adu gagasan dan sindiran halus diantara semua calon, dan paling banyak ketiga calon tersebut “menyerang” pemerintahan Spei Yan Bidana karena memang masih menjabat sebagai Bupati Petahana. Namun, baiklah itu dipahami sebagai komunikasi politik antar lawan yang biasa dilakukan untuk bagaimana setiap paslon membangun kepercayaan kepada pendukung mereka.
Komunikasi saling serang-menyerang dalam debat sepeti ini juga anda bisa lihat di daerah lain, lihat saja seperti debat Capres, hal itu menjadi tontonan yang sangat menarik, tetapi tetap saja focus pada siapa diantara paslon yang lebih mampu beradu gagasan yang tajam dalam membangun daerah.
Satu pertanyaan yang ditepis oleh Spei Yan Bidana dan Arnold Nam adalah soal Pembangunan sumber daya manusia. Kehadiran Kampus Okmin sebagai barometer masa depan Pegunungan Bintang yang tidak bisa dilihaat secepat ini, karena merupakan sebuah investasi SDM yang Panjang dan akan bisa dilihat hasilnya beberapa tahun kedepannya. Ini adalah bukti nyata kata Spei Bidana dalam debat itu.
“Salah satu yang kami sudah buat yaitu membangun Kampus. Ada saudara/I kita di Negara tetangga juga masuk kuliah dan itu sangat membantu mereka. Bukanlah ini adalah fakta yang nyata bahwa saya sudah lakukan itu? Kita akan melihat hasilnya kedepan”, kata Spei Bidana saat itu sembari ia percaya diri kalau memang menyampaikan bukti yang konkrit yang sudah dirasakan rakyat.
Spei Yan Bidana juga tidak mempersoalkan tentang kritik yang datang dari berbagai elemen tentang pemerintahannya, sebab memang dari kritikan itu ia lebih focus dalam memperbaiki daerah.
Point lain yang disampaikan Spei Bidana saat ia mendapat sindiran halus dari tiga paslon lain adalah dirinya menekankan selama ini factor keamanan ikut mempengaruhi jalannya pemerintahan dan itu sangat tergantung pada aparat yang berwenang. Selain itu, dirinya telah membuka akses jalan termasuk bandara di beberapa distrik. Semua ini kata Spei tidak mudah karena memang dirinya baru memimpin daerah itu 3 tahun 4 bulan saja. Berbeda dengan paslon lain yang pernah memimpin dengan waktu yang penuh yaitu lima tahun.
Sumber daya Manusia di aparatur sipil negara juga Spei Bidana terus lakukan peningkatan mutu dan pemerataan atau membagi jatah kepada seluruh distrik tanpa membedakan. Jawaban Spei Yan Bidana ini kemudian menepis anggapan bahwa apa yang diwacanakan paslon lain dalam komunikasi politik selama ini itu tidak benar adanya.
Spei Yan Bidana dan Arlon Nam menyatakan masih terus melanjutkan visi yang ada saat ini, karena dari segi waktu pelaksanaan visi dan misi memang belum tuntas karena baru mencapai 3 tahun 4 bulan saja.
Dalam beberapa dokumentasi lain yang diterima, meskipun perbedaan politik yang ada saat ini Spei Bidana kemudian tidak menginginkan ada perpecahan hubungan persaudaraan. Berbeda dalam pilihan tetapi tetap focus membangun rakyat lebih baik kedepannya. (*)
Komentar